Rabu, 23 Januari 2008

Antena omni

4. Beamforming

4.1 Pengantar

Sinyal yang merambat mengandung banyak informasi tentang sumbernya, terutama mengenai perilaku dan letak sumber. Dalam dunia nyata, sinyal selalu diganggu oleh derau dengan demikian pengolahan harus berfokus pada sinyal yg dikehendaki dan mengabaikan/ menghalangi derau (interferensi). Sebagai contoh, penapisan (filtering) dalam kawasan frekuensi sebenarnya adalah memilih komponen frekuensi tertentu yang dipertahankan.
Untuk sinyal yg merambat, maka penapisan ruang-waktu (spatio-temporal filtering) berarti memilih sinyal yang dating dari arah spasial tertentu dengan kandungan frekuensi tertentu pula. Penapisan spasio-temporal dengan sensor tunggal terjadi pada, misalnya, antenna parabola dimana pola keterarahan (directivity) tidak bisa diubah. Dengan demikain satu-satunya jalan adalah melakukan pengemudian (steering) secara mekanis. Keterarahan mengandung aspek lebar-pita dan juga pita henti (stopband), dan sumbu dari antenna parabola ini berkaitan dengan pusat frekuensi ruang-nya. Pengemudian berkas secara mekanis memiliki beberapa kerugian, diantaranya:
• karakteristik penapisan spatial sulit diubah, satu-satunya jalan adalah dengan mengubah sensor secara fisik. Disamping itu, pengemudian secara mekanis hampir tidak mungkin dapat melakukan pelacakan pada 2 (atau lebih) sumber radiasi sekaligus.
• Untuk mencapai ketelitian yg tinggi, maka ukuran fisiknya harus diperbesar dan aberasi harus dibuat sekecil mungkin (kerataan

4. Beamforming-1
permukaan tinggi). Ini tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Sebaliknya, pengolahan sinyal spasio-temporal dengan array akan lebih murah dan fleksibel, dan dengan demikian merupakan pilihan yg perlu dipertimbangkan. Array mencuplik sinyal secara spasial, dengan sensor yang bisa directional (mis. VLA) atau omni-directional. Sensor dapat diletakkan secara lebih fleksibel tanpa resiko tinggi terhadap penurunan kualitas. Array juga mampu menghasilkan apertur efektif yang lebih besar.
Pengohan sinyal spasio-temporal bertujuan untuk memperbaiki keterarahan, yakni mengarahkan tanpa harus merubah fisik dari array. Pengolahan dengan teknik ini juga bisa sekaligus mengarah ke beberapa sumber secara serempak. Algoritma pengolahan array untuk memusatkan kemampuan array menangkap sinyal pada arah tertentu disebut sebagai beamforming.
(a) (b)
Gambar 4.1 (a) Array sensor sirkuler dan (b) beamforming tunda jumlah
4. Beamforming-2
4.2 Beamforming Secara Tunda-dan-Jumlah (delay-and-sum)

Teknik tunda-dan-jumlah merupakan teknik tertua dan masih cukup memadai. Prinsip yang dipakai adalah: untuk suatu sinyal yang merambat terindera oleh sensor, keluaran dari sensor yang ditunda secara tepat dan kemudian dijumlahkan akan memperkuat nisbah sinyal terhadap derau atau sinyal dari arah lainnya (pengganggu). Nilai penundaan (delay) ini bergantung dari waktu yg ditempuh sinyal untuk merambat diantara sensor.
Sebagai contoh, tinjau suatu sumber sinyal s(t) berada pada posisi . Dalam kasus umum bisa terdapat banyak sumber dan jumlah radiasinya adalah. Array memiliki sensor sebanyak M buah yang masing-masing berapda pada posisi {}, m=1, .. ,M-1. Pusat fasa dari array (phase center) adalah . Sinyal yang datang pada sensor ke-m adalah . Array sensor berfungsi untuk mencuplik sinyal secara spasial.
Beamformer tunda-dan-jumlah terdiri dari penundaan Δm dan pembobot wm. Penjumlahan menghasilkan
(4.1)
Pembobotan disebut juga sebagai shading atau tapering dan berfungsi meningkatkan bentuk pancar dan mengurangi tingkat pancaran sisi (sidelobes). Delay dibuat sedemikian rupa supaya terjadi pemusatan berkas pada arah ter tentu atau titik tertentu.
4. Beamforming-3
4.2.1 Sumber dari Medan-Dekat dan Medan-Jauh
Pada kasus medan-dekat, muka gelombang akan berbentuk lengkungan. Dengan demikian arah perambatan sangat tergantung pada posisi sensor. Sebaliknya pada medan-jauh, muka gelombang berbentuk datar (plane-wave) sehingga arah perambatan bisa dianggap tidak tergantung pada posisi sensor.
Penentuan posisi sumber lebih sulit pada medan-dekat dibandingkan pada medan jauh, terutama penentuak jarak dari sumber ke sensor. Arah perambatan sumber pada medan jauh bisa dianggap konstan terhadap variasi lokasi sensor, tetapi sangat bervariasi pada kasus medan dekat. Pada medan dekat, arahnya pada pusat fasa adalah , dan menjadi pada sensor ke m.
(a) (b)
Gambar 4.2 Beamforming pada (a) medan dekat dan (b) medan jauh
Untuk medium non-refraktif, maka sinyal datang dari arah dimana adalah jarak sumber ke sensor dan bisa dituliskan sebagai .
4. Beamforming-4
Dengan cara yg sama kita bisa menuliskan , dimana adalah jarak dari ke lokasi sensor ke-m, (lihat Gambar 4.2).
Kesalahan kita mengasumsikan medan jauh εm dapat dihitung sebagai berikut: , dimana ψm adalah sudut antara vektor dengan . Jika , sumber terletak jauh dari apertur array, sehingga .Dengan menganggap εm sangat kecil, maka
(4.2)
harga maksimum dicapai saat ψm = π/2. Sebagai ilustrasi, untuk mencapai maksimum kesalahan 1o maka sumber harus terletak sekitar 57 kali radius .
4.2.2 Beamforming untuk Gelombang Datar
Misalkan ada sumber memancarkan medan jauh s(t) dari arah . Gelombang yg tiba di dalam apertur array dapat dinyatakan sebagai
(4.3)
dimana vektor kelambatan didefinisikan sebagai (dimana c adalah kecepatan gelombang). Sensor mencuplik medan gelombang secara spasial, dan menghasilkan . Maka, keluaran sistem tunda-jumlah adalah
4. Beamforming-5
(4.4)
Delay pengolahan sinyal akan mengkompensasi delay propagasi dan akan membuat sinyal saling menguatkan jika
(4.5)
dan keluaran dari array adalah
(4.6)
Dengan demikian, berkas dari array dapat diarahkan ke arah tertentu dng memilih satu set delay
(4.7)
Sinyal beamformer z(t) dari gelombang datar yg datang dari arah adalah
(4.8)
Ketidaktepatan (mismatched) akan terjadi jika kita melihat ke arah yg salah, .
4. Beamforming-6
Contoh: Misalkan array linier dengan M-buah sensor, M=2M1/2 + 1, yangg jarak antar sensornya seragam sebesar d meter. Pusat koordinat dipilih pada pusat fasa array, yaitu di-tengah-tengah susunan sensor. Lokasi sensor ke-m adalah . Jika dipilih faktor pembobotnya seragam, yakni wm=1, maka tanggapan dari beamformer tunda-dan-jumlah terhadap gelombang datar dengan vektor kelambatan adalah:
(4.9)
dimana ζx adalah komponen arah perambatan pada sumbu-x yang diasumsikan oleh array, dan ζx0 komponen arah prambatan pada sumbu-x yang sebenarnya.
Untuk sumber sinyal monokromatis s(t) = exp{jω0t}, keluaran beamformer menjadi
(4.10)
dimana sudut , dan bilangan gelombang yg diasumsikan adalah . Dengan menggunakan rumus jumlah dari deret kuasa, ketidaktepatan menjadi:
(4.11)
4. Beamforming-7
Jika arah perambatan tepat seperti yg asumsikan array, , maka keluaran beamformer adalah:
(4.12)
Jika terjadi ketidaktepatan, maka z(t) sama dengan konstanta yg lebih kecil dari M dikalikan dengan exp{jω0t}.
Gambar 4.3 Penalaan yang tepat pada delay Δm akan menghasilkan sinyal-2
yang saling menguatkan. Proses ini disebut juga sebagai stacking.
4.2.3 Beamforming untuk gelombang sferis
Solusi persamaan gelombang yang simetrik bola adalah
(4.13)
sehingga sensor akan mengukur sinyal , dimana adalah jarak antara sumber dengan sensor. Dengan memilih
4. Beamforming-8
(4.14)
kita bisa melakukan stacking, dimana sinyal saling menguatkan.
Keluaran beamformer thd gelombang sferis menjadi
(4.15)
Jika r dan rm nilai yang sebenarnya dari range, terjadi ketidaktepatan. Keluaran beamformer menjadi:

Delay ideal beamforming dapat dinyatakan sebagai
(4.16)
4. Beamforming-9
4.3 Penapisan Ruang-Waktu
Pada pengolahan sinyal dijital. perilaku LTI (Linear Time Invariant) dapat dipelajari dng memberikan masukan sinusoid. Evaluasi dalam satu bentangan frekuensi akan memberikan tanggapan frekuensi dari sistem, yg merupakan karakterisasi yg lengkap dari sistem. Demikian pula. keluaran beamformer tunda-jumlah z(t) yang bersifat linear, time-invariant dari medan gelombang . Karakterisasi juga bisa dilakukan dng cara serupa. Kita hanya perlu menentukan tanggapan beamformer tunda-jumlah terhadap gelombang datar monokromatis ω0 (atau dengan panjang gelombang λ0) yang merambat pada arah dengan kecepatan c. Karena superposisi dari gelombang datar meng-ekspresikan suatu medan gelombang tertentu, maka tanggapan terhadap gelombang datar menentukan tanggapan umum dari beamformer. Tanggapan tsb disebut juga sebagai pola array.
4.3.1 Pola Array
Tinjau suatu gelombang datar monokromatis dng frekuensi temporal ω0 yang merambat dengan vektor kelambatan . Medan gelombangnya dapat dinyatakan sebagai:
(4.17)
Keluaran beamformer dengan sekumpulan sensor pada posisi s { adalah
(4.18)
atau:
(4.19)
4. Beamforming-10
dimana dan W(.) adalah transform Fourier dari pembobot
(4.20)
Sebagai catatan, tidak lain adalah ASF dan disebut sebagai pola array. Dengan menggunakan transformasi Fourier dari medan gelombang
(4.21)
Akhirnya, keluaran dari beamformer dapat dinyatakan sebagai
(4.22)
Pola Array Gelombang Datar dari Medan Jauh
Untuk medan gelombang datar, , Fourier transform spasio-temporal adalah:
(4.23)
Spektrum keluaran beamformer:
(4.24)
4. Beamforming-11
Jika beamformer memilih vektor kelambatan secara tepat, yakni , maka keluaran beamformer tidak terdistorsi
(4.25)
Contoh: Kita pergunakan array linier spt pada contoh sebelumnya, M=2M1/2+1, dng jarak antar sensor seragam d meter. Jika pembobot seragam sebesar 1 (satu), pola array adalah
(4.26)
Gambar 4.4 Pola arah array yang digeser W(kx - k0x ) digambarkan sebagai fungsi dari komponen-x vektor bilangan gelombang untuk dia nilai, λ=2d (atau k=π/d) dan λ=4d (atau k=π/2d). Kolom sebelah kiri menampilkan pola berkas untuk berkas melihat kea rah sudut 25.66o,sedangkan sebelah kana melihat kearah 60o. Jumlah elemen sensor yang dipakai adalah M=21 buah.
Dari bab sebelumnya kita tahu bahwa lebar berkas utama berbanding terbalik dengan M, tetapi tinggi berkas sisi pertama tidak berkuran dengan meningkatnya M. Parameter utama dari kinerja beamformer adalah , yang untuk kasus saat ini hanya tergantung pada x,
4. Beamforming-12
(4.27)
Kurva dari W terhadap salah satu komponen bilangan gelombang diperlihatkan pada Gambar 4.4. Sedangkan pola array sebagai fungsi sudut diperlihatkan pada Gb.4.5
Pola Array yang Memfokus ke Titik: Kasus Medan-Jauh
Untuk medan jauh, keluaran beamformer menjadi:
(4.28)
Gambar 4.5 Pola array pada Gb.4.4 di-plot sebagai fungsi sudut kedatangan φ. Perhatikan perbedaan jumlah sidelobe pada baris atas dan baris bawah.
Efek ini muncuk karena daerah nampak pada baris bawah berhubungan
dengan |k0x|≤π/2d.
Untuk S0(ω) sebagai transform Fourier dari sinyal yg merambat pada titik asal koordinat, kita bisa menuliskannya sebagai
4. Beamforming-13
(4.29)
maka spektrum keluaran dari array akan menjadi
(4.30)
dimana
(4.31)
berfungsi sebagai pola array yang menapis gelombang sinyal.
4.3.2 Tanggapan k-ω
Sinyal beamformer z(t) ingin dianggap sebagai keluaran dari tapis ruang-waktu yang beroperasi terhadap medan gelombang . Karena pada umumnya keluaran dari tapis ruang-waktu adalah juga fungsi ruang-waktu, maka kita asosiasikan z(t) dengan
(4.32)
Didalam kawasan transform, kita bisa menyatakannya sebagai
(4.33)
Selanjutnya, evaluasi pada fungsi ini pada akan menghasilkan
4. Beamforming-14
(4.34)
Keluaran beamformer untuk gelombang datar monokromatis adalah
(4.35)
Dengan persmaan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa suku didalam kurung [.] adalah , yaitu koefisien bernilai kompleks yang menentukan karakteristik beamformer pada harga tertentu. Ini bisa digeneralisasi menjadi:
(4.36)
Jika delay sensor Δm dipilih sehingga beamformer melihat gelombang datar dengan vektor kelambatan , maka akan diperoleh ekspresi yang konsisten dengan hasil sebelumnya, yaitu
(4.37)
4. Beamforming-15
(a) (b)
Gambar 4.6 (a) Grafik tiga dimensi dari H(kx,ω) dan (b) peta konturnya
Contoh: Dari contoh sebelumnya, telah diperoleh ASF untuk array diskrit

maka, tanggapan k-ω nya adalah

Peta kontur dari H(kx,ω) ditunjukkan oleh Gambar 4.6.
4.3.3 Pola Berkas dan Tanggapan-Terkemudi
Tanggapan k-ω memungkinkan analisa tanggapan beamformer thd suatu medan gelombang, seperti halnya tanggapan bandpass filter memungkinkan analisa thd sinyal tertentu. Pola array adalah kuantitas utama dalam mengevaluasi array dan mendesain algoritma. Pola berkas (beampattern) memungkinkan analisa keluaran array terhadap sinyal lain yg tdk
4. Beamforming-16
dikehendaki. Jika beamformer matched dengan karakteristik gelombang-sinyal, maka outputnya akan maksimal. Tanggapan-terkemudi (steered response) artinya keluaran dari beamformer jika medan gelombang dianggap tetap kemudian di-scan secara sistematis (dengan mengubah delay/shading). Akhirnya kita bisa membuat ikhtisar sebagai berikut
Pola array:
Tanggapan k-ω:
Pola-berkas: untuk tetap.
Tanggapan-terkemudi: untuk tetap.

4.4 Beamforming Tapis-dan-Jumlah

Sinyal gelombang yang diterima sensor seringkali diganggu oleh derau maupun sinyal lain. Karena itu, penapisan sangat perlu untuk mengurangi sinyal yang tidak dikehendaki ini. Gambar 4.7 menampilkan diagram blok dari beamforming tapis-dan-jumlah.
4.4.1 Penapisan Kawasan Waktu
Melewatkan medan gelombang melalui tapis LTI berarti juga membuat nilai setiap sinyal dari sensor sama dengan konvolusi medan-gelombang tercuplik secara ruang dengan tanggapan impuls dari tapis.
(4.38)
Dengan demikian, keluaran dari beamformer tapis-dan-jumlah
4. Beamforming-17
Gambar 4.7 Diagram blok beamforming tapis dan jumlah
(4.39)
Tanggapan terhadap gelombang datar monokromatis dapat dinyatakan sebagai
(4.40)
Integral pada persamaan diatas adalah sama dengan tanggapan frekuensi dari tapis Hm(ω0), yaitu koefisien kompleks yang mengalikan gelombang monokromatis dan memberikan sinyal keluaran pada sensor ke-m. Tanggapan tapis-dan-jumlah dari beamformer terhadap gelombang monokromatis akan menjadi
(4.41)
4. Beamforming-18
Gambar 4.8 Kontur H(kx,ω) setelah penapisan
Karena penjumlahan (∑) merupakan koefisien kompleks yang mengalikan exp{jω0t} dan memberikan sinyal keluaran pada beamformer, maka penjumlahan tersebut sama dengan tanggapan k-ω dari beamformer tapis-dan jumlah
(4.42)
Jika semua sensor identik, yaitu Hm(ω)=H0(ω), maka tanggapan k-ω sama dengan H0(ω) kali nilai sebelumnya tanpa penapisan sensor. Jika delay tiap sensor diatur sebesar {Δm} untuk melihat gelombang yang merambat dengan vektor kelambatan , tanggapan k-ω dari beamformer tersebut adalah
(4.43)
4. Beamforming-19
Setelah mengalami penapisan, maka kontur pada Gambar 4.6 menjadi seperti pada Gambar 4.8.
4.4.2 Penapisan ruang
Konsep tapis-dan-jumlah dapat digeneralisasi untuk sistem yang juga mengandung penapisan spasial oleh sensornya, yaitu pada sensor berarah (non-omni). Jika pada sensor terdapat penapisan spasial, maka sinyal dari sensor ke-m dapat ditulis sebagai konvolusi spasial
(4.44)
Dengan memakai gelombang datar monokromatis, maka sinyal dari sensor menjadi
(4.45)
Dimana adalah tanggapan frekuensi-spasial dari tapis pada sensor ke-m. Maka keluaran dari beamformer adalah
(4.46)
Yang berarti bahwa tanggapan k-ω dari beamformer tapis-dan-jumlah adalah
(4.47)
4. Beamforming-20
Jika dianggap tapis spasial adalah identik pada sensor-sensor tersebut dan delay diatur supaya array melihat ke arah sinyal dengan vektor kelambatan maka tanggapan k-ω dari beamformer menjadi
(4.48)
4.4.3 Penapisan Ruang-Waktu
Tapis spasial dan temporal dapat dikombinasikan untuk menghasilkan tapis spasio-temporal (ruang-waktu). Penapisan dalam ruang-waktu diberikan oleh konvolusi
(4.49)
Dengan asumsi medan gelombang merupakan gelombang datar monokromatis, maka tanggapan k-ω adalah
(4.50)
Tapis bersama dari sensor, dan pengendalian berkas/beam gelombang datar dengan vektor kelambatan menghasilkan tanggapan k-ω
(4.51)
Ini berarti bahwa tapis ruang-waktu beamformer di-kaskade dengan tapis ruang-waktu masing-masing sensor. Dengan demikian, dalam array dengan sensor berarah (mis. VLA), keterarahan dari sensor-sensor dan keterarahan dari array saling melengkapi dan menghasilkan pola keterarahan yang jauh
4. Beamforming-21
lebih baik dibanding dengan pola sensor dan pola array secara sendiri-sendiri.
Andaikan setiap sensor adalah suatu sub-array. Jika sub-array ke-m diarahkan pada gelombang dengan vektor kelambatan , maka tanggapan k-ω diberikan oleh:
(4.52)
dimana pola arrah dari sub-array ke-m adalah
(4.53)
Posisi adalah lokasi sensor ke-l dari sub-array ke-m relatif terhadap pusat fasa sub-array ke-m. Jika semua sub-array memiliki konfigurasi sensor dan faktor pembobot identik, masing-masing dengan pola array , maka secara keseluruhan, pola dari beamformer menjadi
(4.54)
Artinya adalah pola keseluruhan array sama dengan perkalian pola sub-array dengan pola array dari array sensor omnidirectional.
4.5 Beamforming Kawasan Frekuensi

Proses penundaan pada kawasan waktu ekivalen dengan penggeseran fasa pada kawasan frekuensi. Beamforming pada kawasan frekuensi dilakukan
4. Beamforming-22
dengan cara: ambil transform Fourier dari masukan, terapkan tapis ruang-waktu dan selanjutnya ambil inverse transform Fouriernya. Dalam kasus praktis perlu pendekatan transform Fourier, yaitu dengan transformasi Fourier waktu singkat/TFWS (STFT-Short Time Fourier Transform)
4.5.1 Sekilas Analisa Fourier Waktu Singkat
Pada analisa Fourier waktu singkat (AFWS), evaluasi transform Fourier suatu fungsi dilakukan pada suatu jendela waktu dengan durasi D tertentu:
(4.55)
dimana adalah jendela durasi terbatas yang terdefinisi pada selang [0, D]. Ketelitian dari AFWS ditentukan oleh durasi ini. Dengan manipulasi sederhana akan diperoleh
(4.56)
yang berarti Ym(t,ω) adalah sinyal lolos rendah bernilai kompleks yg berupa pendekatan dari spektrum lokal keluaran sensor pada waktu t dan pada frekuensi ω.
Maka keluaran dari beamformer dapat dinyatakan sebagai
(4.57)
Kuantitas Z(t,ω) dapat dianggap sebagai pendekatan dari Z(ω)ejωt. Integrasi Z(t,ω) keseluruh frekuensi akan menghasilkan z(t).
4. Beamforming-23
Pada keperluan praktis, misalnya pada sistem radar, gelombang memiliki pita sempit dengan pusat ω0. Dengan demikian Z(t,ω) bernilai nol kecuali pada ω=ω0. Delay sensor dapat dibuat dengan teliti dengan pergeseran fasa {ω0Δm}
(4.58)
4.5.2 Matriks Korelasi Spasial
Pada formulasi beamforming kawasan frekuensi tertentu, perlu kuantitas yg disebut sebagai matriks korelasi spasial. Misalkan Y(t,ω) adalah vektor sekumpulan STFT:
Y(t,ω) = col [Y0(t,ω), Y1(t,ω), … , YM-1(t,ω)] (4.59)
Proses shading/pembobotan dilakukan oleh matriks diagonal W dari kumpulan pembobot sensor {wm}
W = diag [w0(ω), w1(ω), … , wM-1(ω)] (4.60)
Sehingga kita dapat menuliskan
(4.61)
Vektor pengendali (steering vector) e adalah deretan dari fasor yang nilai eksponen-nya dipilih sedemikian hingga menghilangkan pergeseran fasa
4. Beamforming-24
dari gelombang datar yang datang ke array. Pergeseran fasa ini mengarahkan beam ke arah perambatan yang diinginkan (atau memusatkan beam ke titik api pada kasus medan dekat)
(4.62)
Pada kasus gelombang datar, semua vektor bilangan gelombang adalah dan pergeseran fasanya adalah . Vektor e memodelkan karakteristik perambatan sinyal pada kawasan frekuensi. Transform Fourier dari keluaran beamformerd apat dituliskan sebagai hasil kali WY dengan e.
(4.63)
Vektor pengendali e berfungsi mengkompensasi pergeseran fasa dari perambatan, sehingga sinyal dari sensor dapat di-stack secara benar. Tanggapan daya terkendali (steered response power) didefinisikan sebagai daya dari spektrum keluaran beamformer sebagai fungsi e yang mendefinisikan arah perambatan yang diasumsikan.
(4.64)
yang merupakan fungsi t dan ω (tidak dituliskan). Perkalian dari YY’ disebut sebagai matriks korelasi spasial R
(4.65)
4. Beamforming-25
yaitu matriks M×M yang merupakan fungsi ω (tidak dituliskan). Untuk sebuah gelombang datar maka nilai setiap elemen dari matriks adalah
(4.66)
Contoh soal: Tinjau array seragam linier yang terletak pada grid sepanjang sumbu-x dengan jarak pisah antar sensor sebesar d m. Untuk array ini, maka , artinya elemen dari matriks korelasi spasial bergantung pada beda indeks m1-m2. Nilai elemen sepanjang diagonal adalah sama, sehingga disebut matriks Toeplitz. Terlebih lagi, elemen [R]m m2 sama dengan konjugasi kompleks dari [R]m2m1 , sehingga matriks tsb juga bersifat Hermitian. Dengan demikian, struktur matriks adalah Toeplitz dan Hermitian sbb

Untuk array linier seragam akan diperoleh: R(m1-m2) = |S(ω)|2exp{-jωx0(m1-m2)d}
4.6 Gain Array

Pada kondisi nyata, sinyal selalu dikontaminasi dengan derau. Gain array adalah ukuran dari perbaikan SNR array dan merupakan gambaran seberapa besar tingkat penolakan array terhadap derau.
4. Beamforming-26
SNR (Signal-to-Noise Ratio)
Jika sensor berada pada titik asal, maka tanggapannya terhadap sinyal yang dikontaminasi dengan derau adalah
(4.67)
dimana adalah medan derau. Dengan mengasumsikan sinyal berupa medan gelombang datar pita lebar berbentuk sehingga keluaran sensor adalah . Asumsikan juga bahwa s dan n adalah medan acak stasioner. SNR didefinisikan sebagai nilai rata-rata kuadrat dari komponen sinyal terhadap komponen derau
(4.68)
(diam-diam telah diasumsikan bahwa sinyal dan derau tidak berkorelasi)
Untuk array M-sensor, sinyal terukur pada sensor ke-m adalah . Keluaran beamformer tunda-dan-jumlah menjadi
(4.69)
Nilai kuadrat terkecil dari sinyal dan derau adalah
Sinyal: (4.70)
4. Beamforming-27
Derau: (4.71)
Dimana Rs adalah fungsi korelasi sinyal dan Rn adalah fungsi korelasi spasio-temporal dari derau.
Gain array didefinisikan sebagai rasio SNR dari sinyal dengan SNR dari sensor
(4.72)
Secara umum gain array sama dengan perbandingan dari daya sinyal dan derau ternormalisasi.
(4.73)
Delay Matched
Jika delay beamformer matched dengan arah propagasi gelombang, maka argumen dari Rs menjadi nol dan nilai rata-rata kuadrat sinyal menjadi Rs(0)|∑mwm|2. Jika diasumsikan deraunya tidak berkorelasi secara spasial, maka untuk , sehingga daya derau dari array (penyebut) menjadi . Maka, untuk keadaan ini SNR array menjadi
4. Beamforming-28
(4.74)
Gain array hanya bergantung pada shading pada keluaran sensor
(4.75)
Contoh soal: Tinjau array seragam dengan M-buah sensor: Setiap sensor diberi pembobotan konstan sehingga wm=w, m=0, …, M-1. Gain dari array adalah G=(M2|w|2)/(M|w|2). Jadi, dengan stacking M buah replika dari sinyal terkontaminasi derau independen, SNR telah dinaikkan dengan faktor M. Sekarang andaikan bahwa separuh dari sensor diboboti dengan 1.0 dan sisanya dengan 0.5. Perhitungan gain array menghasilkan

Terlihat bahwa gain array turun 10% akibat pembobot yang tidak sama dengan satu.
Delay Tidak Matched
4. Beamforming-29
Jika delay tidak matched, maka SNR pada keluaran beamformer akan berkurang, sehingga mengurangi gain array.
Contoh soal: Sekarang kita tinjau nilai gain array akibat delay tidak matched dengan mengasumsikan sinyal datang yang diinginkan berupa gelombang datar monokromatis. Maka, spektrum daya sinyal adalah 2πδ(ω-ω0). Fungsi korelasi adalah inverse FT dari spektrum daya, yaitu Rs(τ)=exp{jω0τ}. Dengan asumsi medan derau-nya stasioner dan tak terkorelasi dari sensor satu ke yang lain, gain array menjadi

exponen pada pembilang bergantung pada perbedaan antara delay yang dipilih {Δm} dan delay ideal {. Dengan menggunakan ketaksamaan Schwarz, gain array maksimum jika shading menghilangkan mismatch. Berarti, mismatch mengakibatkan gain array berkurang dengan menurunnya daya sinyal pada keluaran beamformer.
Optimisasi dari Gain Array
Permasalahan optimisasi array: Jika diberikan posisi sensor {, berapakah harga pembobot {wm} yang akan memaksimalkan gain array untuk kombinasi gelombang dan medan derau yang diberikan? Permasalahan tsb dapat dipecahkan dengan aljabar matrix. Gain array bisa dinyatakan dalam bentuk matrix sbb
4. Beamforming-30
(4.76)
dimana tr[.] adalah trace, w = col[w0, w1, …, wM-1 ] dan matriks korelasi memiliki elemen berbentuk
(4.77)
Gain array bisa dioptimisasi dengan eigenanalysis. Dapat ditunjukkan bahwa nilai optimal gain array terjadi untuk vektor shading yang memenuhi:
(4.78)
dimana adalah vektor eigen dari (yang memiliki nilai eigen terbesar.
Hal diatas dapat disederhanakan sbb. Jika ada satu sumber yang muncul pada medan-gelombang dan delay beamformer match dengan delay propagasi, semua elemen dari matriks korelasi sinyal Rs akan bernilai sama. Dengan demikian, matriks ini bisa dinyatakan sebagai
Rs = A2 11t (4.79)
Kernel matriks, yang struktur eigennya ingin ditentukan, menjadi hasil perkalian luar
(Rn-1/2)’ RsRn-1/2 = A (Rn-1/2)’1[A(Rn-1/2)’1]’ (4.80)
4. Beamforming-31
yang hanya memiliki satu nilai eigen tak nol dan vektor eignnya sama dengan vektor yang dipakai untuk pembentukan hasil perkalian luar. Maka dan . Jadi gain optimum diberikan oleh
(4.81)
4.7 Resolusi (ketelitian/daya pisah)

Resolusi menyatakan kemampuan beamformer untuk mengukur lokasi sumber gelombang/sinyal atau arahnya secara akurat. Resolusi dipengaruhi oleh: geometri array, apertur, dan faktor pembobot.
4.7.1 Resolusi bilangan gelombang
Vektor bilangan gelombang: dimana λ0 adalah panjang gelombang dan adalah vektor satuan ke arah perambatan. Dengan demikian, resolusi bilangan gelombang memiliki aspek-aspek: arah perambatan, panjang gelombang, atau kedua-duanya.
Pentingnya resolusi bilangan gelombang dapat dijabarkan sebagai berikut. Jika delay pada beamformer tunda-dan-jumlah ditala untuk melihat suatu gelombang datar, maka tanggapan k-ω nya adalah
(4.82)
dimana pola array adalah
(4.83)
4. Beamforming-32
Dengan tafsiran penapisan ruang-waktu, mainlobe dari tanggapan k-ω akan ekivalen dengan pita lolos (passband). Semakin sempit pita ini, semakin selektif pula tapis tsb. Maka mainlobe menentukan resolusi bilangan gelombang. Untuk beamformer tunda-dan-jumlah, mainlobe dari pola array mendefinisikan resolusi karena tanggapan k-ω ekivalen dengan pola array. Dengan demikian, vektor bilangan gelombang adalah pilihan yang alami untuk melihat kinerja resolusi.
Gambar 4.10 Resolusi dari array: resolusi panjang gelombang didefinisikan
sebagai lebar dari mainlobe, akan tetapi ada banyak cara untuk mendefinisikan
lebar. Untuk pola yang simetrik, cara paling sederhana adalah jarak dari
puncak ke null pertama, disamping ukuran lain, yaitu FWHM.
Resolusi bilangan gelombang dinyatakan sebagai 1/(lebar mainlobe). Jadi, resolusi sebanding dengan apertur array. Lebar mainlobe didefinisikan dengan berbagai cara (perhatikan Gb.4.10):
o Rayleigh: (duakali) lebar puncak mainlobe ke zero, jika zero simetrik
o Lebar mainlobe pada setengah puncak (FHWM: Full Width at one-Half Mainlobe)
o PW-Parabolic Width (lebar parabola): untuk parabola W(k)=a-bk2, maka , sehingga untuk sebarang W(ωα-k) maka

4. Beamforming-33

Gambar 4.10 Gambar ini menunjukkan dua buah pola array dari array linier seragam dengan elemen sebanyak sepuluh buah. Yang satu berhubungan dengan pengemudian berkas kea rah broadside, φ=00, dan yang lain berhubungan dengan pengemudian berkas ke sudut φ = 600. Karena cos 600=0.5, resolusi pada arah ini berharga dua kali arah broadside. Pola dari mainlobe arah broadside jelas lebih tajam jika dinyatakan sebagai fungsi sudut.
4.7.2 Resolusi Sudut
Resolusi sudut: lebar mainlobe jika pola array dinyatakan sebagai fungsi sudut datang φ0. Vektor propagasi dan sudut datang berhubungan secara tidak linier , jadi lebar mainlobe berubah menurut sudut datang. Tanggapan k-ω jika dinyatakan dalam sudut disebut sebagai pola array menurut sudut (angular array pattern)
(4.84)
dimana φ adalah sudut arah array.
4. Beamforming-34
Puncak mainlobe akan terjadi pada nilai φ=φ0, tetapi lebarnya menjadi bergantung pada sudut pengarahan array φ. Sebagai contoh, untuk sudut φ tertentu, zero pertama dari array muncul jika argumen pembilang pada persamaan diatas sama dengan kelipatan π, sehingga diperoleh
(4.85)
Jika lebar puncak ke zero didefinisikan sebagai δφ= φ - φ0, maka
(4.86)
Terlihat bahwa lebar mainlobe bergantung pada sudut arah array φ. Contoh berikut menggambarkan kebergantungan resolusi sudut pada sudut arah array.
Gambar 4.11 (a) Kenaikan lebar mainlobe pola array dengan semakin naiknya
jarak ke sumber yang mengindikasikan turunnya reolusi dan (b) Kurva
resolusi jarak terhadap jarak
Contoh: Akan ditentukan lebar mainlobe sebagai fungsi sudut arah array untuk suatu array linier seragam (ULA:Uniform Linear Array) dengan M-buah sensor (dimana M ganjil). Lebar parabolik adalah
4. Beamforming-35

dimana Wa(φ0,φ0)=M. Evaluasi turunan kedua Wa(φ,φ0)=Wa(k0(sinφ - sinφ0)) pada puncak akan menghasilkan

sehingga diperoleh lebar parabolik mainlobe sebesar

terlihat bahwa lebar parabolik mainlobe bergantung pada cosinus sudut arah array φ. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 4.10, terlihat bahwa resolusi tertinggi dicapai pada φ=00, dan menurun jika sudut bergerak ke arah ±900.
4.7.3 Resolusi jarak
Resolusi jarak hanya berlaku untuk kasus medan dekat saja. Dengan bertambahnya jarak, maka muka gelombang akan semakin datar dan resolusi jarak menjadi menurun. Telah didefinisikan pola array untuk medan dekat sebagai berikut
(4.87)
4. Beamforming-36
Variabel dan masing-masing menyatakan lokasi yang dituju oleh array dan lokasi yang sebenarnya, sedangkan r(r0) menyatakan jarak dari pusat array ke jarak yang dituju (jarak sebenarnya), dan rm (rm0) adalah jarak dari sensor ke-m ke lokasi yang dituju array (lokasi sebenarnya).
Resolusi jarak bergantung pada jarak objek ke array, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.11 (a). Resolusi mencapai maksimum pada jarak tertentu yang dekat ke array, tetapi tidak nol. Jika apertur semakin besar, maka resolusi jarak juga meningkat, Hal ini ditunjukkan pada Gambar 4.11 (b).
4.8 Beamforming Waktu-Diskrit

Implementasi beamforming saat ini banyak memakai peralatan dijital. Dalam hal ini, sinyal perlu dicuplik dalam kawasan waktu (dan dilakukan kuantisasi). Keluaran beamformer tunda-dan-jumlah waktu diskrit dapat dinyatakan sebagai:
(4.88)
dimana n adalah indeks waktu diskrit dan nm adalah waktu tunda sensor ke m. Tinjau suatu gelombang datar monokromatis:. Kalau perioda pencuplikan adalah T, maka untuk sensor ke-m
(4.89)
Maka, keluaran dari beamformer:
(4.90)
dimana
4. Beamforming-37
(4.91)
adalah tanggapan k-ω untuk delay diskrit.
Jika didefinisikan kesalahan penundaan εΔm = nmT - Δm, tanggapan k-ω diatas dapat ditulis sebagai
(4.92)
Terilhat kesalahan kuantisasi mengakibatkan pembobot dikalikan dengan suatu koefisien kompleks. Ini mirip dengan peristiwa aberasi mukagelombang.
Steering beam dilakukan dengan membuat waktu tunda sensor {Δm} sama dengan yang pada umumnya tidak sama dengan kelipatan bulat waktu tunda T. Karena itu, steering beam secara tepat ke arah tertentu tidak lagi bisa dilakukan. Untuk mengatasi hal ini, harus diatur supaya jarak antar sensor d dan perioda pencuplikan T sehingga d>>cT, dimana c=kecepatan rambat gelombang: ini berarti T harus dikurangi (oversampling) atau d harus diperbesar (mengakibatkan aliasing spasial).
Contoh: Akan dianalisa ULA dengan M-buah sensor, dimana M=9 dan jarak antar sensor sebesar d m. Sinyal dari sensor dicuplik dengan selang T: . M1/2 = (M-1)/2 =4. Keluaran beamformer tunda-dan-jumlah adalah

dengan waktu tunda sensor {nm} bilangan bulat. Mainbeam akan dikemudikan kearah broadside atau atau sinφ = 0, dengan cara menset semua penunda sama dengan nol. Jika waktu tunda di-set untuk
4. Beamforming-38
memberkan efek beda satu cuplikan dari sensor-ke-sensor, nm=m-4, arah steering adalah solusi dari:
⇒ sinφ = cT/d
Gambar 4.12 Tanggapan k-ω dari array dengan delay ideal (atas)
dan terkuantisasi (bawah) sebagai fungsi kx0
Jika beamformer di-steer ke sinφ =cT/(3d), maka delay ideal Δm untuk sensor ke-m adalah (m-4)dsinφ/c = (m-4)T/3. Tanggapan k-ω ideal akan sama dengan

seperti dilukiskan pada Gambar 4.12.
4. Beamforming-39
Kalau waktu tunda dikuantisasi ke bilangan bulat kelipatan T, maka nilai waktu tunda ideal diganti dengan pendekatan

dimana [⋅]r berarti pembulatan ke bilangan bulat terdekat. Kesalahan penundaan yang dihasilkan menjadi

Perhitungan untuk masing-2 kelompok diatas menghasilkan



Sehingga diperoleh tanggapan k-ω terkuantisasi
4. Beamforming-40

Yang berbeda dengan tanggapan k-ω tanpa kuantisasi. Situasi ini dilukiskankan pada Gambar 4.12.
Beamforming kawasan frekuensi waktu diskrit
Mirip dengan kasus waktu kontinyu, STFT waktu diskrit untuk sinyal ter-cuplik (ruang-waktu) ym(n) dan keluaran array z(n) diberikan oleh
(4.93.a)
(4.93.b)
dimana (n) adalah fungsi jendela kawasan waktu dengan selang [0, D-1], dengan D saebagai durasi dari jendela. Perubahan variabel akan memberikan
(4.94)
Jika frekuensi juga dibatasi pada nilai-nilai diskrit, ωT = 2πv/D untuk v=0,1,2 .., D-1, maka STFT bisa dihitung dengan DFT (Discrete Fourier Transform), dan pada kasus tertentu bisa dipakai algoritma cepat FFT (Fast Fourier Transform). Untuk penyederhanaan, Ym( p,2πv/(DT) ) ditulis sebagai Ym(p,v) dimana p-adalah indeks waktu sedangkan v adalah indeks frekuensi.
Maka, transform Fourier sinyal pada sensor ke-m dapat ditulis
4. Beamforming-41
(4.95)
Karena DFT suatu sinyal diskrit x(l) didefinisikan oleh
(4.96)
maka sisi kanan (4.95) ditafsirkan sebagai DFT dari sinyal yang sama dengan X(v).
Interpretasi yang lebih mendalam membawa ke ide filter-bank. Fungsi jendela dapat dianggap sebagai tanggapan cuplikan-tunggal dari tapis pita sempit lolos rendah, sehingga menyatakan tanggapan cuplikan-tunggal dari tapis lolos pita dengan pusat frekuensi v.
Keluaran Array pada Kawasan Frekuensi
Keluaran beamformer pada kawasan frekuensi, untuk waktu diskrit dan frekuensi diskrit adalah
(4.97)
Dengan substitusi Ym(p,v) untuk setiap sensor, maka persamaan diatas menjadi
(4.98)
Agar DFT bisa dipakai, eksponen terakhir haruslah memiliki bentuk
4. Beamforming-42
(4.99)
dimana indeks u, u= 0, … ,M-1 adalah indeks frekuensi spasial. Sehingga, waktu tunda pada sensor memiliki bentuk sebagai berikut
(4.100)
Satu-satunya array satu dimensi yang memenuhi persyaratan ini adalah ULA. Suku eksponensial menjadi
(4.101)
(a)
4. Beamforming-43
(b)
Gambar 4.13 (a) Proses perhitungan beamformer pada kawasan frekuensi
(b) Hasil komputasi dengan DFT pada satu frekuensi temporal
Substitusi akan menghasilkan rumus yg mirip dengan DFT dua-dimensi. Dengan memakai definisi DFT 2-D
(4.102)
dan
(4.103)
Maka keluaran beamformer waktu diskrit kawasan frekuensi adalah DFT dari x(m,l), atau
Z(p,v) = X(u,v) (4.104)
Persamaan ini menunjukkan hubungan fundamental antara beamformer kawasan frekuensi dengan spektrum k-ω dari medan gelombang.
4. Beamforming-44
Gambar 4.13.(a) menunjukkan perhitungan dalam beamformer kawasan frekuensi, sedangkan Gambar 4.13.(b) menunjukkan hasil perhitungan DFT pada satu frekuensi temporal
Pembentukan Keluaran Kawasan-Waktu
Pada banyak aplikasi, keluaran diinginkan berada pada kawasan waktu. Hal ini dapat dicapai dengan menjumlahkan berbagai komponen frekuensi Z(p,v). Keluaran kawasan frekuensi dapat ditulis kembali sebagai
(4.105)
Fasor pada eksponensial pertama exp{j2πvp/D} menyatakan pergeseran fasa linier. Kemudian dihitung inverse-DFT (IDFT)
(4.106)
dimana , l=0, …, D-1, yang merupakan versi kawasan waktu dari keluaran beamformer. Lebih rinci lagi, IDFT ini sama dengan
(4.107)
Perkalian DFT dengan suatu faktor fasa menghasilkan pergeseran sirkular pada kawasan waktu X(u)exp{-j2πn0u/N} ↔ x(n-n0)N dimana indeks N menyatakan perhitungan dilakukan pada modulo-N. Disini Ym(p,v)exp{j2πvp/D} adalah DFT daari deretan dan faktor fasanya adalah exp{-j2πvnm/D}, sehingga
4. Beamforming-45
(4.108)
Dengan demikian, keluaran kawasan-waktu mengandung pergeseran sirkular dari jendela dan keluaran sensor
(4.109)
Efek dari pergeseran sirkular ini dilukiskan pada Gb. 4.14.
Gambar 4.14 Beamforming kawasan waktu vs beamforming kawasan frekuensi
4. Beamforming-46

Minggu, 20 Januari 2008

antena omni

I. Omni Directional Antenna
a. Rubber Ducky Antenna

Banyak ditemukan diperalatan 2.4GHz 802.11 wireless network, seperti access point dan router wireless.
Penambahan gain rata-rata untuk antenna seperti ini sekitar 2-2.2dbi (www.martybugs.net)
Salah satu cara untuk menambahkan kekuatan daya dari wireless omni directional antenna / rubber ducky antenna ini adalah dengan menambahkan semacam parabola tepat di belakang antena, sehingga antena yang tadinya menyebar luas dapat diarahkan ke dalam salah satu area tertentu. Gain yang didapat sekitar 10 to 12 dB.
b. 360 Degree Omni

Gain yang didapat adalah 5-6 dbi.
2. Directional Antenna
a. Directional Yagi

Gain yang didapat +- 15 dbi.
b. Directional Sector

Banyak digunakan di menara-menara telekomunikasi. Lebar penyebaran berkisar 90-180 derajat. Antena ini baik digunakan untuk mengjangkau 360 derajat area, namun tidak mengingingkan semuanya mengarah ke satu antena.
c. Directional Patch

Gain yang didapat sekitar 18dbi.
Penyebaran jangkauan lebih sempit daripada antena yagi.
Mudah disembunyikan
d. Directional Parabolic

Dapat menjangkau daerah yang jauh.
Dapat mencapai 16 Km dengan gain 22 dbi (www.seattlewireless.com).
e. Directional Dish

Gain yang didapat 16-24 dbi.
digunakan di kantor saya . Dengan menggunakan standard 802.11b 11Mbps, antena Directional Dish 18dbi, bridge PoE jarak dibawah 500 meter dan LoS. Speed yang didapat berkisar 2-3 Mbps bisa jadi referensi bagi kawan-kawan sekalian.
Antena-antena diatas merupakan antena standard yang sering digunakan banyak orang, tidak tertutup kemungkinan masih banyak jenis-jenis antena yang ada dengan melakukan penggabungan ataupun modifikasi dari bentuk-bentuk antena diatas.
Pengertian dbi, jarak jangkauan, dan luas jangkauan dapat dicari di Om Google, karena saya sendiri masih memahaminya. (bagi yang mau berbagi ilmu ke saya boleh :p).
Gambar-gambar diatas didapat dari website www.seattlewireless.net dan www.martybugs.net segala hak cipta ada di tangan mereka.

6 Responses to “Tipe-tipe antenna wireless yang perlu diketahui! (part 1)”
1. Terima kasih informasinya…. Pak, informasinya.
Mulyadi said this on August 27th, 2007 at 7:45 pm
2. yup. ngak pp sekalian untuk tugas saya, artikel ini juga akan berlanjut lagi kok
nalpha said this on August 28th, 2007 at 2:20 pm
3. gue tambahin dikit ya mar:
Dalam sistem wireless, antena digunakan untuk meng-konversi gelombang listrik menjadi gelombang elektromagnit. Besar enerji antena dapat memperbesar sinyal terima dan kirim, yang disebut sebagai Antenna Gain yang diukur dalam :
dBi : relatif terhadap isotropic radiator
dBd: relatif terhadap dipole radiator
dimana 0 dBd = 2,15 dBi
RADIATED POWER
Pengaturan yang dilakukan oleh FCC harus memenuhi ketentuan dari besarnya daya yang keluar dari antena. Daya ini diukur berdasarkan dua cara :
1.Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)
diukur dalam dBm = daya di input antena [dBm] + relatif antena gain [dBi]
2.Effective Radiated Power (ERP) diukur dalam dBm = daya di input antena [dBm] + relatif antena gain [dBd]
KEHILANGAN DAYA
Pada sistem wireless, ada banyak faktor yang menyebabkan kehilangan kekuatan sinyal, seperti kabel, konektor, penangkal petir dan lainnya yang akan menyebabkan turunnya unjuk kerja dari radio jika dipasang sembarangan
Pada radio yang daya-nya rendah seperti 802.11b, setiap dB adalah sangat berarti, dan harus diingat “3 dB Rule”.
Setiap kenaikan atau kehilangan 3 dB, kita akan mendapatkan dua kali lipat daya atau kehilangan setengahnya .
-3 dB = 1/2 daya
-6 dB = 1/4 daya
+3 dB = 2x daya
+6 dB = 4x daya
Sumber yang menyebabkan kehilangan daya dalam sistem wireless : free space, kabel, konektor, jumper, hal-hal yang tidak terlihat.
3dB Rule bisa diterapkan secara prak-tis dengan bantuan antena
Access Point dengan standar 802.11b mempunyai penguatan 13dB untuk jarak 300 meter, maka kalau kita menggunakan antena 15dB (total 28dB) rumusannya menjadi :
13 + 3 dB – jaraknya menjadi 600 meter
16 + 3 dB – jaraknya menjadi 1,2 KM
19 + 3 dB – jaraknya menjadi 2,4 KM
21 + 3 dB – jaraknya menjadi 4,8 KM
24 + 3 dB – jaraknya menjadi 9,6 KM
1dB dianggap loss ….
MENGENAI KEKUATAN SINYAL :
Signal Propagation
Sinyal yang meninggalkan antena, maka akan merambat dan menghilang di udara. Pemilihan antena akan menentukan bagaimana jenis rambatan yang akan terjadi.
Pada 2,4 GHz sangat penting jika kita memasang kedua perangkat pada jalur yang bebas dari halangan. Jika rambatan sinyal terganggu, maka penurunan kwalitas sinyal akan terjadi dan mengganggu komunikasinya.
Pohon, gedung, tanki air, dan tower adalah perangkat yang sering mengganggu rambatan sinyal
Kehilangan daya terbesar dalam sistem wireless adalah Free Space Propagation Loss. Free Space Loss dihitung dengan rumus :
FSL(dB) = 32.45 + 20 Log10 F(MHz) + 20 Log10 D(km)
Jadi Free Space Loss pada jarak 1 km yang menggunakan frekwensi 2.4 GHz :
FSL(dB) = 32.45 + 20 Log10 (2400) + 20 Log10 (1)
= 32.45 + 67.6 + 0
= 100.05 dB
MENGENAI ANTENA :
Pola Radiasi Antena
Parameter umum :
main lobe (boresight)
half-power beamwidth (HPBW)
front-back ratio (F/B)
pattern nulls
Biasanya, diukur pada dua keadaan :
Vector electric field yang mengacu pada E-field
Vector magnetic field yang mengacu pada H-field
POLARISASI
Polarisasi antena relatif terhadap E-field dari antena.
Jika E-field-nya horisontal, maka antenanya Horizontally Polarized.
Jika E-field vertikal, maka antenanya Vertically Polarized.
Polarisasi apapun yang dipilih, antena pada satu jaringan RF harus memiliki polarisasi yang sama
Polarisasi dapat dimanfaatkan untuk :
- Meningkatkan isolasi dari sinyal yang tidak diinginkan (Cross Polarization Discrimination (x-pol) biasanya sekitar 25 dB)
- Mengurangi interferensi
- Membantu menentukan satu daerah pelayanan tertentu
IMPEDENSI ANTENA
Impedansi yang cocok akan menghasilkan pemindahan daya yang maksimum. Antena juga berfungsi sebagai matching load-nya transmitter (50 Ohms)
Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) adalah satuan yang menunjukan sampai dimana antena sesuai (match) dengan jalur transmisi yang dikirimnya.
RETURN LOSS
Return Loss berhubungan dengan VSWR, yaitu mengukur daya dari sinyal yang dipantulkan oleh antena dengan daya yang dikirim ke antena.
Semakin besar nilainya (dalam satuan dB), semakin baik. Angka 13.9dB sama dengan VSWR 1,5:1. Return Loss 20dB adalah nilai yang cukup bagus, dan setara dengan VSWR of 1,2:1

Perhitungan Untuk Membuat Antenna Sendiri
Rumus yang digunakan oleh Jason Hecker (jason@air.net.au) banyak di ambil dari Bab
19 dari ARRL Antenna Handbook (http://www.arrl.org) di mana kita akan melihat cukup
banyak contoh disain antenna helical, termasuk cara mengukur kinerjanya.
Rumus antenna helical di ambil dari halaman 19-23 ARRL Antenna Handbook tertera di
bawah ini.
C
circumference of winding
S
axial length of one turn
G = 0.8 to 1.1
diameter of ground plane / reflector
C
circumference is pi times the diameter
Diameter dari lilitan biasanya tetap, dengan pipa pralon 40 mm maka diameter lilitan
adalah 42 mm. Jika frekuensi yang kita gunakan adalah (2.425GHz) maka panjang
gelombang = 0.123711 meter.
C
= 0.13195m
= 1.066
Jika kita ukur, ternyata S
30 C
out of range. Tapi tampaknya bukan masalah yang fatal.
________________________________________
Page 21
S
Diameter ground plane G = 1.05 = 0.130m
Gain dari antenna dalam dBi di definisikan sebagai:
Gain = 11.8 + 10log10(C
* n * S
dimana n adalah jumlah lilitan.
Gain = 11.8 + 10log10(1.066 * 1.066 * 13 *
0.31830)
= 18.5dBi
Pada tabel di bawah terlihat dengan jelas bahwa
gain
antenna
akan
bertambah
dengan
menambahkan jumlah lilitan. Kira-kira kenaikan
3dB akan di peroleh dengan men-dobel jumlah lilitan. Kira-kira 13 lilitan pas untuk
panjang pipa 0.55 meter & merupakan kompromi yang baik antara panjang vs. gain.
Pada card 801.11 yang banyak dipasaran umumnya kita bisa menset frekuensi yang
digunakan sebanyak 11 channel (FCC US). Oleh karena itu anda mungkin ingin
mengubah C
untuk frekuensi tempat kita bekerja.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam antenna adalah lebar beam. Lebar beam
biasanya di hitung menggunakan pada saat daya 50% (3 dB) lebih rendah daripada
daya di pusatnya. Rumus / perhitungannya adalah:
Half Power Beam Width = 52 / (C
= 52 / (1.066 * sqrt(13 * 0.31830))
= 23.98 derajat

Jumat, 18 Januari 2008

access point

Konfigurasi LINKSYS









Pendahuluan

Dalam dunia informasi kita mengenal internet sebagai sumber informasi yang tidak terbatas.Terdapat macam – macam cara untuk tersambung dengan internet,salah satunya dengan melewati koneksi wireless ( gelombang radio ).pada makalah yang kami susun ini kami akan membahas tentang bagaimana cara mengkonfigurasikan radio LINKSYS.Untuk selanjutnya kita baca langkah – langkahnya.

Instalasi dan Pengaturan IP Radio

• Pertama-tama kita masukkan CD driver dari radio LINKSYS dalam computer yang kita gunakan.Apabila kita ingin mensetting IP pada radio kita harus masuk dalam instalasinya.Langkah kedua kita klik click here to start pada gambar :

















Tampilan gambar setup pada LINKSYS








• Setelah di klik maka akan muncul tampilan pengarahan untuk memasang bahwa kabel UTP yang ada telah tersambung kedalam radio yang akan kita atur IPnya,lalu pilih next untuk masuk ke instalasi berikutnya :

















Tampilan gambar setup pada LINKSYS


• Langkah selanjutnya adalah keterangan tentang pemasangan kabel UTP kedalam PC yang kita gunakan untuk mengkonfigurasi IP pada radio LINKSYS,untuk masuk ke instalasi selanjutnya klik next pada pilihan bawah instalasi,tampilannya adalah :

















Tampilan gambar setup pada LINKSYS







• Pada tampilan selanjutnya kita akan di beritahu untuk memasang kabel power radio pada stop kontak yang ada.Dalam hal ini,yang perlu diperhatikan adalah cara pemasangan,jangan sampai jack pada radio dan stop kontak kendor.Karena bila kendor radio tidak akan menyala.Selanjutnya klik next untuk melanjutkan instalasi.Tampilannya adalah sebagai berikut :

















Tampilan gambar setup pada LINKSYS


• Tampilan selanjutnya akan membahas tentang lampu LED pada radio,pastikan ke tiga lampu yang ada pada radio menyala.Apabila ada salah satu lampu yang tidak menyala,maka ada konfigurasi yang salah pada pemasangan radio dalam PC kita.Maka dari itu kita pastikan semua terpasang dengan baik.gambarnya adalah sebagai berikut :

















Tampilan gambar setup pada LINKSYS



• Lalu kita tunggu proses mengconnectkan antara radio dengan PC seperti pada gambar :





Tampilan gambar setup pada LINKSYS

• Setelah proses itu selesai,maka masuk kedalam proses selanjutnya.Yaitu tentang pemilihan access point pada radio.Apabila ingin mengkonfigurasi pilih YES ,tapi bila tidak ingin mengubah default radio, pilih NO.dan apabila ingin keluar dari instalasi pengaturan IP,pilih EXIT.Tapi pada kali ini kita akan mencoba memilih mengkonfigurasi ulang IP radio.caranya dengan memilih YES.Seperti pada gambar :

















Tampilan gambar setup pada LINKSYS

• Bila kita pilih YES,maka akan muncul tampilan untuk mengisi password radio.Untuk mengisinya biasanya bila baru saja di install passwordnya adalah admin lalu klik enter.Seperti pada gambar berikut :














Tampilan gambar setup pada LINKSYS
• Pada langkah selanjutnya kita dipersilahkan untuk mengatur IP pada radio LINKSYS.seperti pada gambar,dalam hal ini kita dapat mengatur nama radio,password radio,network ( jaringan ) dibuat DHCP atau Static,IP radio,Subnet Mask radio,dan default gateway.Untuk keterangan DHCP dan Static adalah sebagai berikut :

DHCP : bahwa radio dapat dijadikan sebagai router.
Static IP : bahwa radio dalam posisi AP ( Access Point ).
Setelah dirasa sudah mengisi semua yang diperlukan kita klik next.Seperti Gambar konfigurasinya adalah sebagai berikut :

















Tampilan gambar setup pada LINKSYS

• Kita telah sampai pada pertengahan instalasi,pada saat ini kita diharuskan melihat lampu LED pada cisco system yang terdapat pada radio,apakah sudah menyala apa belum.Selain itu kita juga harus memilih mengkonfigurasi secara manual atau langsung.Pada contoh kali ini kita akan mengkonfigurasi secara manual,dengan memilih enter wireless setting manually.Tampilannya adalah sebagai berikut :

















Tampilan gambar setup pada LINKSYS
• Dalam bagian ini kita diwajibkan untuk mengisi SSID,Channel,Network Mode.Pada hal ini sangat penting kita ketahui bahwa channel yang kita gunakan tidak boleh sama dengan channel radio yang lain,karena dapat terjadi konflik.Dalam pemilihan channel ada 13 channel yang dapat digunakan.Sedangkan pada pemilihan Network Mode,kita memilih G-only.Karena pada type radio ini diharuskan memilih mode ini.setelah selesai klik next.Seperti pada gambar :


















Tampilan gambar setup pada LINKSYS

• Bagian ini adalah salah satu yang paling penting dalam instalasi dan pemberian IP pada radio.Yaitu pemberian pengamanan bagi radio,atau security.Dalam hal ini kita ditawarkan 4 macam pengamanan,yang pertama tanpa pengamanan ( disable ),yang kedua WEP (Wiled Equivalent Privacy ),WPA-Personal ( Wi-fi protected access atau WPA-PSK),dan WPA-Enterprise ( Wi-fi protected access atau WPA RADIUS ).Penjelasannya adalah sebagai berikut :

Disable : Yaitu tanpa pengaman,semua gelombang dapat masuk ke jaringan radio.
WEP : Yaitu radio dapat mengatur data yang diminta bisa dikirim atau tidak oleh user yang mengaksesnya.
WPA-Personal : Nama lainnya adalah WPA-PSK ( wi-fi protected access – The Pre Shared Key ) adalah pengamanan radio sebelum membagi data ke client yang meminta atau yang mengakses..
WPA-Enterprise : Ini adalah system pengamanan radio yang tidak semua gelombang bisa mengakses data melewati gelombang channelnya.Dengan kata lain,server radio ini bisa memberi izin tentang data yang akan diberikan.gelombang radio ini hanya dapat di detect saja,akan tetapi belum tentu dapat mengakses data dari servernya.





Seperti pada gambar,tampak konfigurasi pengaman radio ( security ) :


















Tampilan gambar setup pada LINKSYS


• Langkah terakhir adalah confirmasi penyimpanan konfigurasi radio,kita akan ditawarkan YES atau NO,apabila setuju menyimpan setting konfigurasi klik YES dan apabila tidak ingin menyimpan klik NO.Seperti pada gambar :


















Tampilan gambar setup pada LINKSYS








• Tunggu proses penyimpanan konfigurasi sejenak seperti pada tampilan gambar :






Tampilan gambar setup pada LINKSYS


• Pada akhir instalasi akan muncul pilihan exit atau kita dapat memilih online Registration.Apabila ingin meregistry radio online silahkan klik online Registration,dan apabila ingin langsung keluar klik exit.Seperti pada gambar :



















Tampilan gambar setup pada LINKSYS

WEB Server

WEB SERVER

Webserver Apache merupakan webserver yang paling populer digunakan di dunia dengan 64.52 % pengguna (berdasarkan survey netcraft.com september 2003), diikuti Microsoft IIS (23.54%) dan SunOne (3.48%). Hal tersebut karena sampai saat ini Apache merupakan webserver open source yang free (open source) dan handal.
Beberapa kelebihan Apache antara lain:# Free of Charge / Gratis# Cepat dan Tangguh dengan konfigurasi yang benar# Setting dan Instalasi sesuai dengan kebutuhan dengan modules dan DSO-nya# Dapat diakses (API ke berbagai scripting languange) dan digabung dengan berbagai aplikasi lain (databaseserver, ssl, ext)# Advanced setting dan configuration support# Keuggulan lainnya….cari sendiri ya :)More…Dengan berbagai keungulan tersebut maka Apache sangat bagus jika kombinasikan dengan aplikasi lainnya. Penggabungan yang paling sering adalah dengan menggabungkan Apache, PHP dan MySQL yang berjalan di server linux atau yang terkenal dengan istilah LAMP (Linux, Apache, Mysql, PHP). Eittt…. bagi pengguna windows.. jangan khawatir dulu karena Apache, PHP dan MySQL bisa diinstall di OS Windows juga. Pada pokok bahasan kali ini kita akan mencoba menginstall LAMP di OS Windows dan Linux. Asumsi distro Linux yg digunakan adalah versi Redhat atau Mandrake dan Windows yang digunakan Win 9x, 2k atau xp. Saat ini apache terdiri dari dua versi yaitu versi 1.3 dan versi 2 silakan pilih versi yg diinginkan, masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

1. Instalasi LAMP di OS Linux

a. Instalasi dengan menggunakan RPM
Untuk instalasi menggunakan rpm biasanya secara default sudah disediakan di cd distro linux yang diinstall. Untuk instalasinya cukup dengan perintah : rpm -ivh paket_versi.rpm dan untuk upgrade dengan perintah rpm -Uvh paket_versi.rpm
Langkahnya adalah sebagai berikut:
Apache : rpm -ivh Apache-versi.rpmPHP : rpm -ivh php-versi.rpm php-mysql.rpm (rpm lain yg dibutuhkan)Mysql : rpm -ivh MySQL-versi.rpm MySQL-client-versi.rpm
Secara default php akan terinstall sebagai CGI tetapi apabila kita menginstall rpm untuk modul Apache maka php akan menjadi modul Apache. Instalasi php sebagai modul Apache dapat mempercepat eksekusi script php.
Untuk konfigurasi webserver apache dapat dilakukan di /etc/http/conf/http.conf (lokasi default ) dan php dapat dilakukan di /etc/php.ini
b. Intalasi dengan menggunakan source
Yang dibutuhkan adalah source-source berikut :
1. mysql-3.23.58.tar.gz (versi terbaru dapat diakses di http://www.mysql.com/downloads/index.html)2. apache_1.3.27.tar.gz (versi terbaru dapat diakses http://httpd.apache.org/download.cgi)3. php-4.3.1.tar.gz (versi terbaru dapat diakses http://www.php.net/downloads.php)Setiap konfigurasi yang disebutkan adalah konfigurasi minimal dan umum digunakan, untuk konfigurasi secara lengkap dapat mengetikkan ./configure –help
Install MySQL-nya dulu—————————–
unpack source nya, compile dan Install :
/usr/local > tar -xzvf mysql-3.23.58.tar.gz/usr/local > cd mysql-3.23.58//usr/local/mysql-3.23.58 > ./configure –prefix=/usr/local/mysql/usr/local/mysql-3.23.58 > make/usr/local/mysql-3.23.58 > make install/usr/local/mysql-3.23.58 >./scripts/mysql_install_db
menjalankan MySQL :
/usr/local/mysql-3.23.58 > cd /usr/local/mysql/bin/usr/local/mysql/bin > ./safe_mysqld &
untuk informasi lengkap installasinya ada pada http://www.mysql.com/doc/en/Installing.htmlUnpack dan
configure Apache————————————-
/usr/local > tar -xzvf pache_1.3.27.tar.gz/usr/local > cd apache_1.3.27//usr/local/apache_1.3.26 > ./configure –prefix=/usr/local/apacheInstall PHP————-
unpack source nya, compile dan Install :
/usr/local > tar -xzvf php-4.3.1.tar.gz/usr/local > cd php-4.3.1//usr/local/php-4.3.1 > ./configure –with-mysql=/usr/local/mysql> –with-xml> –with-apache=/usr/local/apache_1.3.27> –enable-track-vars
/usr/local/php-4.3.1 > make/usr/local/php-4.3.1 > make install/usr/local/php-4.3.1 > cp php.ini-dist /usr/local/lib/php.ini
Install Apache——————-
/usr/local > cd apache_1.3.26//usr/local/apache_1.3.26 >> ./configure> –activate-module=src/modules/php4/libphp4.a> –enable-module=php4> –prefix=/usr/local/apache
/usr/local/apache_1.3.27> make/usr/local/apache_1.3.27> make certificate TYPE=custom/usr/local/apache_1.3.27> make install
selesai .Konfigurasi Apache————————-
Edit httpd.conf yang berada di /usr/local/apache/conf/ , dan tambahkan baris berikut :
AddType application/x-tar .tgzAddType application/x-httpd-php .phpAddType application/x-httpd-php-source .phps
jalankan apache :
# /usr/local/apache/bin/apachectl start
Untuk melihat konfigurasi yang kita buat dapat membuat suatu file php. misalnya kita buat file phpinfo.php dan isinya adalah sebagai berikut:
simpan file tersebut dan letakkan di direktori web server. Untuk melihatnya kita dapat mengakses halaman http://localhost/phpinfo.php

2. Intalasi LAMP di OS Windows

Untuk instalasi di windows bisa dilakukan beberapa cara antara lain:
- Install PHP Triad yg secara langsung akan menginstall Apache, php dan mysql. Dapat diakses dari sini http://sourceforge.net/projects/phptriad
- Install paket secara terpisah dengan mengambil installer dari website sumber dan menggabungkannya yaitu dengan mengambil paket dari :
Apache : http://www.apache.orgPHP : http://www.php.netMySQL : http://www.mysql.com
Setiap paket akan dilengkapi dengan readme file yang berisi langkah2 instalasi dan manualnya. Untuk konfigurasi Apache dapat dilakukan di file httpd.conf.

Proxy Server

Tutorial Proxy Server:

Pertama-tama kita install dulu program untuk membuat Proxy Server yaitu dengan
aptitude -> / -> squid -> enter -> + -> g -> g ->
setelah program untuk membuat Proxy Server sudah terinstall semua, barulah kita mulai mengedit program tersebut yaitu dengan cara:

mcedit /etc/squid/squid.conf


acl all src 0.0.0.0/0.0.0.0

acl lab1 src 192.168.1.0/255.255.255.0

acl tidak dstdomain www.download.com

acl manager proto cache_object

acl localhost src 127.0.0.1/255.255.255.255

acl to_localhost dst 127.0.0.0/8

acl SSL_ports port 443 # https

acl SSL_ports port 563 # snews

acl SSL_ports port 873 # rsync

acl Safe_ports port 80 # http

acl Safe_ports port 21 # ftp

acl Safe_ports port 443 # https

acl Safe_ports port 70 # gopher

acl Safe_ports port 210 # wais

acl Safe_ports port 1025-65535 # unregistered ports

acl Safe_ports port 280 # http-mgmt

acl Safe_ports port 488 # gss-http

acl Safe_ports port 591 # filemaker

acl Safe_ports port 777 # multiling http

acl Safe_ports port 631 # cups

acl Safe_ports port 873 # rsync

acl Safe_ports port 901 # SWAT

acl purge method PURGE

acl CONNECT method CONNECT

serta

# INSERT YOUR OWN RULE(S) HERE TO ALLOW ACCESS FROM YOUR CLIENTS

# Example rule allowing access from your local networks. Adapt

# to list your (internal) IP networks from where browsing should

# be allowed

#acl our_networks src 192.168.1.0/24 192.168.2.0/24

#http_access allow our_networks

http_access allow localhost

http_access deny tidak

http_access allow lab1

# And finally deny all other access to this proxy

http_access deny all

# TAG: http_access2

# Allowing or Denying access based on defined access lists

#

# Identical to http_access, but runs after redirectors. If not set

# then only http_access is used.

#

#Default:

# none

# TAG: http_reply_access

# Allow replies to client requests. This is complementary to http_access.

#

# http_reply_access allow|deny [!] aclname ...

#

# NOTE: if there are no access lines present, the default is to allow

# all replies

#

# If none of the access lines cause a match the opposite of the

# last line will apply. Thus it is good practice to end the rules

# with an "allow all" or "deny all" entry.

#

#Default:

# http_reply_access allow all

#

#Recommended minimum configuration:

#

# Insert your own rules here.

#

#

# and finally allow by default

http_reply_access allow all

FTP Server

Tutorial FTP Server:

Pertama-tama kita install dulu program untuk membuat FTP Server yaitu dengan
aptitude -> / -> vsftpd -> enter -> + -> g -> g ->
setelah program untuk membuat FTP Server sudah terinstall semua, barulah kita mulai mengedit program tersebut yaitu dengan cara:

mcedit /etc/vsftpd.conf

#

# The default compiled in settings are fairly paranoid. This sample file

# loosens things up a bit, to make the ftp daemon more usable.

# Please see vsftpd.conf.5 for all compiled in defaults.

#

# READ THIS: This example file is NOT an exhaustive list of vsftpd options.

# Please read the vsftpd.conf.5 manual page to get a full idea of vsftpd's

# capabilities.

#

#

# Run standalone? vsftpd can run either from an inetd or as a standalone

# daemon started from an initscript.

listen=YES

#

# Run standalone with IPv6?

# Like the listen parameter, except vsftpd will listen on an IPv6 socket

# instead of an IPv4 one. This parameter and the listen parameter are mutually

# exclusive.

#listen_ipv6=YES

#

# Allow anonymous FTP? (Beware - allowed by default if you comment this out).

anonymous_enable=YES

#

# Uncomment this to allow local users to log in.

local_enable=YES

#

# Uncomment this to enable any form of FTP write command.

write_enable=YES

#

# Default umask for local users is 077. You may wish to change this to 022,

# if your users expect that (022 is used by most other ftpd's)

#local_umask=022

#

# Uncomment this to allow the anonymous FTP user to upload files. This only

# has an effect if the above global write enable is activated. Also, you will

# obviously need to create a directory writable by the FTP user.

anon_upload_enable=YES

#

# Uncomment this if you want the anonymous FTP user to be able to create

# new directories.

anon_mkdir_write_enable=YES

#

# Activate directory messages - messages given to remote users when they

# go into a certain directory.

dirmessage_enable=YES

#

# Activate logging of uploads/downloads.

xferlog_enable=YES

#

# Make sure PORT transfer connections originate from port 20 (ftp-data).

connect_from_port_20=YES

#

# If you want, you can arrange for uploaded anonymous files to be owned by

# a different user. Note! Using "root" for uploaded files is not

# recommended!

#chown_uploads=YES

#chown_username=whoever

#

# You may override where the log file goes if you like. The default is shown

# below.

#xferlog_file=/var/log/vsftpd.log

#

# If you want, you can have your log file in standard ftpd xferlog format

#xferlog_std_format=YES

#

# You may change the default value for timing out an idle session.

#idle_session_timeout=600

#

# You may change the default value for timing out a data connection.

#data_connection_timeout=120

#

# It is recommended that you define on your system a unique user which the

# ftp server can use as a totally isolated and unprivileged user.

#nopriv_user=ftpsecure

#

# Enable this and the server will recognise asynchronous ABOR requests. Not

# recommended for security (the code is non-trivial). Not enabling it,

# however, may confuse older FTP clients.

#async_abor_enable=YES

#

# By default the server will pretend to allow ASCII mode but in fact ignore

# the request. Turn on the below options to have the server actually do ASCII

# mangling on files when in ASCII mode.

# Beware that on some FTP servers, ASCII support allows a denial of service

# attack (DoS) via the command "SIZE /big/file" in ASCII mode. vsftpd

# predicted this attack and has always been safe, reporting the size of the

# raw file.

# ASCII mangling is a horrible feature of the protocol.

#ascii_upload_enable=YES

#ascii_download_enable=YES

#

# You may fully customise the login banner string:

#ftpd_banner=Welcome to blah FTP service.

#

# You may specify a file of disallowed anonymous e-mail addresses. Apparently

# useful for combatting certain DoS attacks.

#deny_email_enable=YES

# (default follows)

#banned_email_file=/etc/vsftpd.banned_emails

#

# You may restrict local users to their home directories. See the FAQ for

# the possible risks in this before using chroot_local_user or

# chroot_list_enable below.

#chroot_local_user=YES

#

# You may specify an explicit list of local users to chroot() to their home

# directory. If chroot_local_user is YES, then this list becomes a list of

# users to NOT chroot().

#chroot_list_enable=YES

# (default follows)

#chroot_list_file=/etc/vsftpd.chroot_list

#

# You may activate the "-R" option to the builtin ls. This is disabled by

# default to avoid remote users being able to cause excessive I/O on large

# sites. However, some broken FTP clients such as "ncftp" and "mirror" assume

# the presence of the "-R" option, so there is a strong case for enabling it.

#ls_recurse_enable=YES

#

#

# Debian customization

#

# Some of vsftpd's settings don't fit the Debian filesystem layout by

# default. These settings are more Debian-friendly.

#

# This option should be the name of a directory which is empty. Also, the

# directory should not be writable by the ftp user. This directory is used

# as a secure chroot() jail at times vsftpd does not require filesystem

# access.

secure_chroot_dir=/var/run/vsftpd

#

# This string is the name of the PAM service vsftpd will use.

pam_service_name=vsftpd

#

# This option specifies the location of the RSA certificate to use for SSL

# encrypted connections.

rsa_cert_file=/etc/ssl/certs/vsftpd.pem

Kamis, 17 Januari 2008

DHCP Server

Tutorial DHCP Server:

Pertama-tama kita install dulu program untuk membuat DHCP Server yaitu dengan
aptitude -> / -> dhcp3-server -> enter -> + -> g -> g ->
setelah program untuk membuat DHCP Server sudah terinstall semua, barulah kita mulai mengedit program tersebut yaitu dengan cara:

mcedit /etc/dhcp-3-server/dhcpd.conf
#
# Sample configuration file for ISC dhcpd for Debian
#
# $Id: dhcpd.conf,v 1.1.1.1 2002/05/21 00:07:44 peloy Exp $
#

# The ddns-updates-style parameter controls whether or not the server will
# attempt to do a DNS update when a lease is confirmed. We default to the
# behavior of the version 2 packages ('none', since DHCP v2 didn't
# have support for DDNS.)
ddns-update-style none;

# option definitions common to all supported networks...
#option domain-name "example.org";
#option domain-name-servers ns1.example.org, ns2.example.org;

#default-lease-time 600;
#max-lease-time 7200;

# If this DHCP server is the official DHCP server for the local
# network, the authoritative directive should be uncommented.
#authoritative;

# Use this to send dhcp log messages to a different log file (you also
# have to hack syslog.conf to complete the redirection).
log-facility local7;

# No service will be given on this subnet, but declaring it helps the
# DHCP server to understand the network topology.

#subnet 10.152.187.0 netmask 255.255.255.0 {
#}

# This is a very basic subnet declaration.

#subnet 10.254.239.0 netmask 255.255.255.224 {
# range 10.254.239.10 10.254.239.20;
# option routers rtr-239-0-1.example.org, rtr-239-0-2.example.org;
#}

# This declaration allows BOOTP clients to get dynamic addresses,
# which we don't really recommend.

#subnet 10.254.239.32 netmask 255.255.255.224 {
# range dynamic-bootp 10.254.239.40 10.254.239.60;
# option broadcast-address 10.254.239.31;
# option routers rtr-239-32-1.example.org;
#}

# A slightly different configuration for an internal subnet.
subnet 192.168.1.0 netmask 255.255.255.0 {
range 192.168.1.2 192.168.1.10;
option domain-name-servers 192.168.1.1;
# option domain-name "internal.example.org";
option routers 192.168.1.1;
option broadcast-address 192.168.1.255;
default-lease-time 600;
max-lease-time 7200;
}

# Hosts which require special configuration options can be listed in
# host statements. If no address is specified, the address will be
# allocated dynamically (if possible), but the host-specific information
# will still come from the host declaration.

#host passacaglia {
# hardware ethernet 0:0:c0:5d:bd:95;
# filename "vmunix.passacaglia";
# server-name "toccata.fugue.com";
#}

# Fixed IP addresses can also be specified for hosts. These addresses
# should not also be listed as being available for dynamic assignment.
# Hosts for which fixed IP addresses have been specified can boot using
# BOOTP or DHCP. Hosts for which no fixed address is specified can only
# be booted with DHCP, unless there is an address range on the subnet
# to which a BOOTP client is connected which has the dynamic-bootp flag
# set.
#host fantasia {
# hardware ethernet 08:00:07:26:c0:a5;
# fixed-address fantasia.fugue.com;
#}

# You can declare a class of clients and then do address allocation
# based on that. The example below shows a case where all clients
# in a certain class get addresses on the 10.17.224/24 subnet, and all
# other clients get addresses on the 10.0.29/24 subnet.

#class "foo" {
# match if substring (option vendor-class-identifier, 0, 4) = "SUNW";
#}

#shared-network 224-29 {
# subnet 10.17.224.0 netmask 255.255.255.0 {
# option routers rtr-224.example.org;
# }
# subnet 10.0.29.0 netmask 255.255.255.0 {
# option routers rtr-29.example.org;
# }
# pool {
# allow members of "foo";
# range 10.17.224.10 10.17.224.250;
# }
# pool {
# deny members of "foo";
# range 10.0.29.10 10.0.29.230;
# }
#}